Alkisah, menurut sahibul hikayat bin ngibul, ada seekor tikus yang menggugat kepada Dewa Tikus, kenapa nasibnya sial bener. Kok ya cuma jadi seekor tikus. Ia mohon supaya bolehlah ia menjadi kucing karena kucing selalu lebih hebat dan menjadi ancaman nyata bagi nyawa tikus. “Boleh,” kata Dewa Tikus, “engkau boleh menjadi apa saja seturut kehendakmu.” “Tetapi ada syaratnya. Engkau harus ekstra hati-hati dengan kemauanmu, karena mungkin itu akan terwujud bagimu.” Maka jadilah tikus itu seekor kucing. Namun – deep inside - hatinya tetap hati seekor tikus. Tetap bermental tikus, tepatnya. Saat menjelma menjadi kucing ia menghadapi kenyataan hidup baru. Nyawanya selalu terancam oleh anjing-anjing. Maka si kucing dengan mental tikus ini lalu “make a wish”. Mungkin enak juga ya kalau bisa menjadi anjing galak. Maka sim salabim … berubahlah kucing tadi menjadi seekor anjing yang galak… dan buruk rupa. Setelah sekian lama hidup bebas dan berkeliaran sebagai anjing geladak ia ditangkap oleh seorang manusia. Ia dibawa pulang untuk dijinakkan dan bakal dijadikan anjing pemburu. Laki-laki yang membawa anjing itu mendapat hujan omelan dari isterinya. “Ngapain coba membawa anjing geladak segala ke rumah”. Ia mengusir suaminya supaya kembali ke hutan untuk mencari kijang kek, kelinci kek atau apalah yang bisa segera disantap. Sesaat kemudian terjadilah suatu petaka. Isteri pemburu yang galak itu sedang bersih-bersih, tiba-tiba keluarlah “out of no where” seekor tikus betina and the gang. Maka perempuan itu langsung loncat ke atas meja dan menggigil ketakutan, hanya karena kemunculan mendadak tikus-tikus tersebut. “Aha! Eureka! Ternyata menjadi tikus itu tidak terlalu buruk juga. Ternyata perempuan yang super-duper galak itu tidak takut kepada suaminya yang perkasa. Ternyata ia justru takut pada bangsaku. Takut kepada tikus-tikus beneran.” Maka anjing yang bermental tikus itu langsung mengajukan permohonan terakhir kepada Dewa Tikus. “Dimuliakanlah dikau wahai Dewa Tikus. Izinkanlah daku kembali menjadi tikus biasa dengan mental tikusku. Ternyata manusia yang perkasa itu rupanya takut kepada bangsa kita. Bangsa tikus.”
Tentu saja Dewa Tikus langsung mengabulkan doanya yang penuh kesadaran dan pertobatan itu. Ia pun kembali menjadi tikus kecil tetapi kini ikhlas dengan kodratnya. Tetapi kini ia mengalami transformasi diri. Ia memiliki mental baru yang mampu menerima dan menghayati kodrat ketikusannya. Ia tidak pernah lagi memohon-mohon untuk menjadi mahluk apapun yang bukan-tikus.
terinspirasi cerita hitler yang konon melakukan genoside dengan cara memberi gas. pak dhe juga lengkap dengan sebotol baygon.
ditengah hisapan rokoknya yang ketiga, tidak sampai sepeminuman teh muncul dari balik tembok seekor tikus. dengan wajah tak berdosa tikus mencoba menjejakan langkahnya lebih dalam memasuki area rumah pak dhe. sekitaka wajah pak dhe menegang, sambil masih tetap memegang senjata. mencoba memastika senjatanya sudah terisi penuh, mata pak dhe tetap mengawasi gerak langkah sang tikus.
tiba-tiba dengan menggunakan ginkang yang dimilikinya, sang tikus mengendus sebuah bau yang membuatnya tertarik. mencoba mencari sumber bau, sang tikus mengendus. dan menemukan sepotong ikan dalam sebuah kotak. tanpa berpikir lama, sang tikus mengayunkan langkah dengan cepat dan melesat kedalam kotak. sekejapan mata sang tikus sudah didalam kotak. tiba-tiba kotak itu menutup dengan sendirinya. dan tikus terperangkap didalamnya.
melihat hal itu, pak dhe maruan gembira.. "Ahaaa.... ketangkap kamu tikus"
seolah mendapat lotere satu milyar, pak dhe menari-nari sambil memutari kotak dan mengangkat senjatanya sambil teriak-teriak layaknya kepala sukua indian di amerika sana.
setelah lelah melakukan ritual menari-nari, pak dhe mengokang senjata baygonya dan menyemprotkan sedikit-sedikit ke arah moncong tikus. kembali membayangkan hitler yang menggenoside, pak dhe memberi semprotan baygon kearah moncong tikus. sang tikus tentu sana menjerit-jerit sesak napas.
tak berapa lama sang tikus terlihat terkulai lemah tak berdaya. tertunduk lemas didalam kotak yang ternyata jebakan buat dirinya. dengan mata sayu seolah tanpa harapan sang tikus mencoba bangkit berdiri. tapi daya dalam dirinya melemah, seiring dengan lemahnya ginkang yang dimiliki sang tikus. sambil terus mencoba berdiri tegak menghadapi kematian didepan matanya, sang tikus mencoba mengangkat kakinya yang depan. seiring itu pula pak dhe memberi semprotan baygon kearah hidungnya.
merasa harapanya tipis untuk hidup apalagi melarikan diri, sang tikus menatap wajah pak dhe. sontak pak dhe terkaget!!!
dalam gumamnya yang lirih sang tikus mencoba mengeluarkan kalimat terakhirnya... ".. Ingat pak dhe, kali ini seekor tikus boleh kamu bunuh, tapi ingat bahwa akan datang tikus-tikus yang lain yang akan meneruskan perjuanganku..." uhhuukkk..
seolah mendengar suara gumam sang tikus, pak dhe teringat gumam seorang seniman yang telah hilang diculik. dalam gumamnya seniman yang juga aktivis buruh itu meneriakan kalimat terakhir dalam puisi dengan kata LAWAN!!!..
ditulis dari inspirasi oleh beberapa kawan, baik yang masih ada maupun telah tiada.
ada dan tiada adalah sebuah ungkapan. ada dan tiada bisa diartikan dalam harfiah sebagai wujud
juga bisa di artikan dalam makna keyakinan.. suwunn